A.
Pembelajaran Membaca dan Menulis permulaan
Membaca
adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang di tulis.
Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan
mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang
didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita
fiksi atau humor.
Sebagian
besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di
sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca
dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras.
Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun
konsentrasi kita sendiri.
Membaca
merupakan kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai
gerakan mata dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk menerima informasi
dan menelaah informasi tersebut.
Dibutuhkannya
keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu menerima informasi secara
tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita perlukan. Dalam membaca
dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa menyimpan informasi secara maksimal. Semakin
sering kita membaca maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Para ahli
telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada criteria tertentu untuk
menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar. Menurut Hariss dan Sipay
(1980;8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan respon makna secara
tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna
dalam membaca lahir dari interaksi antara presepsi terhadap symbol grafis dan
ketrampialn berbahasa serta pengatahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca
berusaha mencipatakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampaikan
oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba
mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis.
Membaca ,
menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak
mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1
sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama.
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan
lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya
tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemudian
kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca
permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar)
lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan,
pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis
yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
C. Macam-macam Metode
Pembelajaran di Kelas Rendah
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan.
Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan
di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada
tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan
menu utama.
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuan melek huruf Kemampuan menulis permulaan tidak jauh
berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik
Menurut
(Mackey dalam Subana, 20), metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Metode Eja
Pembelajaran MMP dengan metode eja
memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis.
Huruf-huruf tersebut dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya
menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya.
Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti
dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya
atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan
ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
Proses ini sama dengan menulis
permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian
dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa suku kata.
Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis
seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya
adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi
suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan
mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan
pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP
hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari
hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal
yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid.
Kelemahan yang mendasar dari
penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik,
namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang
berupa suku kata atau kata.
2. Metode suku kata dan metode kata
Proses pembelajaran MMP dengan
metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca,
ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai
contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan
suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi
misalnya :
ba – bi cu – ci da
– da ka – ki
ba – bu ca – ci du
– da ku – ku
bi – bi ci – ca da
– du ka – ku
ba – ca ka – ca du
– ka ku – da
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan
dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian
suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak
lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi
satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata
kedalam suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang
melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain
untuk metode ini yakni metode rangkai kupas.
3. Metode Global
Metode Global artinya secara utuh
dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah
kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai
dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca
kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan
ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat
menjadi kata, kata menjadi suku kata.
Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
in i ma m a
i-ni ma- ma
i–n–i m-a – m-a
|
4. Metode Structural Analisis Sintesis (SAS)
Merupakan salah satu jenis metode
yang biasa digunakan proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran
MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi
sebuah struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan
lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan
MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman
berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar
mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM
melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau penganalisisan
dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
a. Kalimat
menjadi kata-kata
b. Kata
menjadi suku-suku kata
c. Suku kata menjadi huruf-huruf
Mengenai itu, Momo (1987)
mengemukakan beberapa cara, yaitu:
a. Tahap tanpa
Buku, dengan cara:
1) Merekam
bahasa siswa.
2) Menampilkan
gambarsambil bercerita.
3) Membaca
gambar.
4) Membaca
gambar dengan kartu kalimat.
5) Membaca
kalimat secara struktural (S).
6) Proses
analitik (A).
7) Proses
sintetik (S).
b. Tahap dengan Buku,
dengan cara:
1) Membaca
buku pelajaran.
2) Membaca
majalah bergambar.
3) Membaca bacaan yang disusun oleh guru
dan siswa.
4) Membaca buku
yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5) Membaca buku
yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling
cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk
(1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
a. Metode ini menganut
prinsip ilmu bahasa umumbahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.
b. Metode ini
memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
c.
Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan metode SAS, yaitu:
a. Kurang
praktis.
b. Membutuhkan
banyak waktu
c. Membutuhkan
alat peraga
5. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah suatu teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan,
atau menayangkan sesuatu. Siswa dituntut memperhatikan objek yang
didemonstrasikan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan keterampilan
mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan atau
mengkomunikasikan.
6.
Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran
melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide
atau pikiran tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah,
menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat
suatu keputusan. Jadi setiap siswa harus aktif memecahkan masalah. Apabila
proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi
secara langsung dan bersifat berpusat pada siswa.
Dikatakan pembelajaran langsung
karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol
aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan
berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari
siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat
menemukan hasil diskusi mereka.
7.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode
mengajarkan sesuatu bahan dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa
lisan kepada siswa. Keberhasilan siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung
kepada kemampuan siswa dalam menyimak.
8.
Metode Penugasan
Metode
penugasan adalah teknik pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk atau instruksi guru. Tugas dapat
bersifat individu dan kelompok.
9.
Metode Tanya Jawab
Melalui
pertanyaan guru memancing waktu jawaban tertentu dari siswa jawaban yang
diharapkan akan tercapai apabila siswa telah mempunyai pengetahuan siap,
ingatan, atau juga penalaran tentang yang ditanyakan. Gambaran situasi yang
mendahului pertanyaan sangat membantu siswa dalam menanggapi pertanyaan.
Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menafsirkan,
menggolongkan, menyimpulkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
10. Metode
Abjad dan Metode Bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini
sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode Abjad: bo-bo à bobo
la-ri à lari
Metode Bunyi: na-na à nana
lu-pa à lupa
D. Rancangan Pembelajaran MMP
1. Model Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih
bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini
bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni.
Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang
perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar,
melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang
berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode
pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar
pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat
dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, yakni (a)
pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buku.
a.
Langkah-langkah Pembelajaran MMP
Tanpa Buku
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada
minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat
dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Berikut ini akan
disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan tanpa
buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan
sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang
dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara
guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk
membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan
kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar di
sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
1) Menunjukkan gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara
guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan sebuah keluarga yang terdiri
atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan
utnuk menarik minat dan perhatian anak.
2) Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut
dengan memberi nama terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar.
Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak
diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk
penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapat menyebutkan: “mama” untuk gambar ibu, “mimi” untuk gambar anak perempuan,
dan “nana” untuk gambar anak
laki-laki, “bapak” untuk gambar
ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam
GBPP/Kurikulum atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak dan
akrab dengan kehidupan anak.
3) Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
Selanjutnya, satu dua orang siswa
diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
4) Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
(tulisan) melalui bantuan gambar
Pada fasse ini, guru mulai
melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelinya dengan tulisan
sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera
tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau
“ini ibu” (bergantung kepada
pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode Eja,
dan seterusnya).
5) Membaca tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan
proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika
menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan lambang tulisan akan
diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill (teknik tubian) atau
proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode 26
6) Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah
selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi
dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk tuliannya saja. Kegiatan ini dapat
disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan
wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi
kepada anak. Misalnya, guru dapat menyajikan wacana seperti berikut. ini mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini
mama nana
7) Memperkenalkan huruf, suku kata, kata,
atau kalimat dengan bantuan kartu
Berikut ini akan disajikan berbagai
alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melalui kartu-kartu.
(a) memperkenalkan
unsur kalimat/kata
ini
|
mama
|
…
|
mama
|
ini
|
….
|
…
|
…
|
E.
Penerapan Metode Pembelajaran MMP
Bagi siswa kelas rendah (I dan II),
penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan
berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode
eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS
Metode eja adalah belajar membaca
yang dimulai dari engeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode
eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang
huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A
sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga
didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan
menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global adalah belajar
membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global
ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan
cerita.
Metode pembelajaran di atas dapat
diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan
memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa.
Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode
pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
Ø Dapat
menyenangkan siswa
Ø Tidak
menyulitkan siswa untuk menyerapnya
Ø Bila
dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
Ø Tidak
memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Salah satu metode pembelajaran
membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca
global. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat
segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu
jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian
Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar
membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan
kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat
tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah
sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika
sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:
Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/
/nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni
na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
misalnya: i – n – i – a – n – i